Minggu, 11 Maret 2012

ARTIKEL MENGENAI GANGGUAN PSIKOSOMATIK

Gangguan psikosomatik adalah salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemukan dalam praktek umum. Istilah ini terutama digunakan untuk penyakit fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh faktor kejiwaan/ psikologis. Beberapa penyakit fisik dianggap sangat rentan diperburuk oleh faktor mental seperti stres dan kecemasan, di antaranya: gangguan kulit, muscoskeletal (otot, sendi dan saraf),  pernafasan, jantung, kemih, kelenjar, mata dan saraf. Beberapa orang juga menggunakan istilah gangguan psikosomatik ketika faktor kejiwaan menyebabkan gejala fisik, tetapi penyakit fisiknya sendiri tidak ada (tidak dapat dijelaskan secara medis).
Keterkaitan badan dan pikiran, salah satu penjelasan psikosomatik adalah bahwa emosi negatif mempengaruhi sistem otonom tubuh, hormon dan kekebalan terhadap beberapa penyakit. Depresi, kemarahan, dan isolasi sosial berkontribusi terhadap penyakit jantung. Stres di sisi lain, mempengaruhi asma, gangguan pencernaan dan banyak penyakit fisik lainnya.
Menurut Kaplan, et al (1997), penderita di dalam kelompok gangguan psikosomatik menderita gangguan psikosomatik klasik seperti ulkus peptikum dan olitis ulseratif. Dalam proses penyakit tersebut, ditemukan factor emosional tertentu. Menurut Maramis (1998), penderita gangguan psikosomatik secara umum dibagi menjadi 3 golongan, yakni :
1.      Mengeluh tentang badannya, tetapi tidak terdapat penyakit badaniyah yang dapat menyebabkan keluhan – keluhan atau tidak di temukan kelainan organic.
2.      Terdapat kelainan organic, tetapi yang utama menyebabkannya ialah factor psikologik
3.      Terdapat kelainan organic, tetapi terdapat juga gejala – gejala lain yang timbul bukan sebeb penyakit organic tersebut, akan tetapi karena factor psikologik: factor psikologik ini mungkin timbul disebabkan penyakit organic tadi, misalnya kecemasan.
Gangguan psikosomatik dapat timbul bukan saja pada orang yang berkepribadian atau emosi labil, tapi juga pada orang dengan emosi stabil, ataupun pada orang dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Pada orang yang berkepribadian stabil atau emosi yang matang, jarang timbul gangguan ini, sering hanya sepintas lalu dan ringan saja. Gangguan psikosomatik pada orang yang tidak stabil dapat disebabkan bukan hanya oleh stress yang luarbiasa, tetapi juga oleh kejadian–kejadian dan keadaan sehari –hari. Misalnya, terlalu banyak orang di rumah, anak –anak yang nakal, suami atau istri yang cerewet,dan sebagainya.
Gejala – gejala gangguan psikosomatik merupakan gejala – gejala yang biasa dkenal dengan fungsi faaliah, hanya saja secara berlebihan.gejala – gejala ini biasanya hanya dirasakan pada satu organ tubuh saja, tetapi kadang – kadang juga berturut – turut atau serentak beberapa organtubuh terganggu. Keluhan yang disampaikan penderita gangguan psikosomatik biasanya keluhan fisik, sangat jarang yang mengeluh tentang kecemasan, depresi dan ketegangannya. Menurut Townsend (1995), ada beberapa gejala spesifik gangguan psikosomatik pada system tubuh diantaranya : kardiovaskuler (migraine, hipertensi, sakit kepala berat). Pernafasan (hiperventilasi, asma), gastrointestinal ( sindrom asam lambung, anoreksia), kulit (neodermatitis, pruritus, alergi), genitourinaria (dismenore), endokrin (hipertiroid, sindrom menopause) (Townsend, 1995; Maramis,1998.
Pencegahan Gangguan Psikosomatik Pencegahan adalah suatu bentuk pelayanan yang akan membantu pasien dan keluarga untuk menurunkan factor resiko terhadap penyakit. Menurut pendapat Potter, et all (1989) dalam Rasmun (2004), yang menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress, yakni :
1.      Membangun kebiasaan baru. Misalnya, seorang ibu yang memutuskan berhenti bekerja untuk mengurus anaknya, yang akhirnya merasa bosan tidak ada kegiatan ketika anak – anaknya dewasa.
2.      Menghindari perubahan yaitu upaya yang dilakukan untuk tidak melakukan perubahan yang tidak perlu atau dapat ditunda.
3.      Menyediakan waktu yaitu menyediakan waktu tertentu atau membatasi waktu untuk memfokuskan diri beradaptasi dengan stressor.
4.      Pengelolaan waktu. Hal ini berguna untuk seseorang yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal dalam waktu yang bersamaan.
5.      Modifikasi lingkungan.
6.      Katakan ‘tidak’. Hal ini merupakan salah satu cara lain mengurangi kecemasan, atau perasaan tidak menyenangkan.
7.      Mengurangi respon fisiologis terhadap stress seperti latihan teratur, memperbaiki nutrisi dan diet, istirahat, meningkatkan respon perilaku danemosi terhadap stress, memanfaatkan system pendukung (keluarga dan teman), meningkatkan harga diri.


Nama : Siti Sri Khalifadunyati
NPM : 18510927
Kelas : 2pa03
Tugas : 1